Saya
mengikuti pemberitaan di berbagai media mengenai info rencana
pemerintah yang ingin menerapkan kurikulum 2013 mulai tahun ajaran
2013/2014. Ternyata pro dan kontra tidak hanya timbul di kalangan
praktisi pendidikan, namun di kalangan orangtua murid pun terjadi dan
saya termasuk salah satu ibu yang tidak menyetujui rencana kurikulum
2013.
Kurikulum 2013 ini rencananya akan memangkas jumlah mata
pelajaran di sekolah sehingga menjadi lebih sedikit, yaitu di tingkat
SD dari 10 mata pelajaran (mapel) dipangkas menjadi 6 mapel, di tingkat
SMP dari 12 mapel dipangkas menjadi 10 mapel.
Sebenarnya saya masih bingung, gerangan apakah yang menyebabkan perubahan kurikulum ini?
Apakah karena banyaknya keluhan dari para orang tua siswa tentang
jumlah mata pelajaran yang menurut mereka sangat banyak dipelajari
anaknya sehingga membebani tas & punggungnya saat harus membawa
buku-buku pelajaran tersebut ke sekolah setiap harinya?
Apakah karena keluhan akan materi pelajaran yang dianggap terlalu berat, tidak sesuai usianya?
Apakah karena melihat perilaku pelajar-pelajar sekolah yang terlihat
condong malas, suka mencontek, bahkan sampai terjerumus penggunaan
narkotika, tawuran atau perkelahian antar pelajar yang kadang sampai
anarkis?
Mohon kiranya pemerintah memberikan pemberitahuan sejelas-jelasnya ke masyarakat sebab musabab setiap perubahan kurikulum.
saya sebagai ibu dari anak kelas 1 SD tidak setuju dengan perubahan
kurikulum tersebut. menurut beberapa info yang beredar tingkat SD mapel
yang ditiadakan adalah antara lain: IPA, IPS, Bahasa Inggris, Teknologi
Informatika dan Komputer (TIK). Lho kok kenapa pelajaran yang juga
penting di era kini malah ditiadakan?
Saya jadi teringat masa
kecil saya saat masih duduk di bangku SD. Betapa saya sangat menikmati
masa-masa itu, sekitar tahun ajaran 1982/1983 saya mulai kelas 1 SD.
saya ingat menggunakan buku-buku mapel lungsuran/ bekas pakai kakak saya
sekolah. Buku-buku tersebut saya turunkan lagi ke adik-adik saya untuk
sekolah pada tahun-tahun berikutnya. Tidak seperti zaman sekarang
buku-buku sering bergonta-ganti sehingga tidak bisa digunakan ke
adik-adiknya pada tahun-tahun berikutnya. Saya hampir menyukai segala
mapel waktu sekolah, guru Bahasa Indonesia waktu saya SD bernama Ibu Nur
adalah guru yang paling berjasa menurut saya, karena beliaulah saya
jadi bisa membaca. Berkat cara mengajar beliaulah saya jadi gemar
membaca buku hingga kini. Kala itu buku pelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah cuma buku kecil biasa saja diawali dengan kisah Keluarga Budi,
hingga kini pun aku masih ingat nama-nama saudara si Budi, ada Iwan
& Wati :-) Buku-buku pelajaran waktu saya SD tidak berat
membebani tas dan punggung/pundak saat membawanya berangkat atau pulang
sekolah, bahkan kami berangkat dan pulang dengan berjalan kaki
beriringan menyanyikan lagu Sepatu Gelang, indahnya kebersamaan kala
anak. :-) Anak-anak SD sekarang bukunya besar-besar dan tebal, satu
mata pelajaran terdiri dari banyak buku ada buku materi, buku lembar
Kegiatan siswa, buku tulisnya juga, minimal 1 pelajaran membawa 3 buku.
Bila 1 hari ada 5 mata pelajaran bisakah dibayangkan berapa buku yang
harus dibawanya dalam tas, belum lagi bila sang anak harus membawa
pakaian olahraga, bekal makanan dan minuman, atau bahkan keperluan untuk
kegiatan ekstra kurikuler yang biasanya berlangsung sesudah jam sekolah
usai. Saya pun sebagai ibu mengeluhkan tentang hal ini, anak saya kalau
pergi sekolah membawa tas seperti orang pulang kampung, tas koperbisa
ditarik karena ada rodanya.Anak saya tak bisa membawa tasnya dengan cara
digantung di pundak/ punggung, karena berat. Tapi permasalahannya bukan
pada jumlah mata pelajarannya yang banyak, menurut saya permasalahan
terletak pada buku yang tebal. Cobalah diamati buku-buku tersebut,
tulisannya besar-besar, gambar-gambar juga besar.Sebenarnya bisa
diringkas lagi dan lebih kreatif lagi, tulisan tak perlu besar-besar,
gambar tak perlu besar-besar, buku dibuat menarik sehingga anak berminat
membaca & mempelajarinya. Bila buku menjadi ukuran normal niscaya
memperingan bawaan anak saat sekolah.
Tentang pelajaran IPA
yang dilebur ke dalam pelajaran bahasa Indonesia saya juga tidak setuju,
sangatlah beda pelajaran tentang berbahasa yang sebenarnya adalah
belajar cara berkomunikasi dengan pelajaran IPA yang ilmiah, yang ada
nanti malah membuat kerumitan, karena segala pelajaran adalah mudah
dipelajari bila pemahaman dasarnya sudah dicapai. Pasti berbeda
pemahaman dasar tentang bahasa yang meliputi banyak unsur yang harus
dipelajari, misalnya tentang, penggunaan kalimat, subjek, predikat,
objek, kata sifat, kata benda, majas, pantun, puisi, belajar mengarang,
dan lain-lain.Pemahaman dasar di pelajaran IPA meliputi, alam, tumbuhan,
manusia, sifat-sifat ilmiahnya, proses ilmiahnya. Apakah penggabungan 2
mapel ini karena para perumus kurikulum 2013 pun menganggap Bahasa
Indonesia dan IPA adalah mudah dipelajari?
Duh, jangan
mentang-mentang anak Indonesia lumayan banyak yang berprestasi di
olympiade sains tingkat internasional, maka menganggap IPA pelajaran
gampang. Mereka itu tuh cuma sedikit jumlahnya dibandingkan anak-anak
yang kurang paham sains. :-(
Tentang mapel Bahasa Inggris yang
juga akan dihapuskan atau keputusan ditentukan ke pihak sekolah akan
tetap diajarkan atau tidaknya. Kenapa harus begitu sih? Waktu saya SD
memang tidak ada pelajaran Bahasa Inggris, mulai diajarkan saat mulai
jenjang SMP. Betapa sulitnya saya dan teman-teman mempelajarinya, maklum
bahasa asing, banyak pula yang tidak menyukai mapel bahasa Inggris,
bahkan biasanya kalau mapelnya gak disukai maka otomatis sang murid
tidak terlalu suka guru mapel tersebut. Alhasil hingga kini tidak bisa
berbahasa Inggris. Sangatlah berbeda dengan anak-anak zaman sekarang,
saya sering menjumpai anak-anak kampung sudah berani dan percaya diri
berkomunikasi pakai bahasa Inggris ke bule, keren kan? Ini pasti gurunya
bagus dalam mengajarkan bahasa Inggris. Pasti ada benarnya pendapat
tentang usia dini adalah usia yang baik untuk anak belajar banyak
bahasa. Tambah dewasa pasti anak itu tambah pintar lagi. Tapi bagaimana
bila pelajaran bahasa Inggris dihapuskan? pastilah generasinya akan
seperti generasi zaman saya, tidak banyak yg berminat atau pandai dalam
berbahasa Inggris.
Tentang mapel Teknologi Informatika dan
Komputer (TIK) amatlah baik diajarkan di tingkat SD. Era kini era
digital, era informasi & tehnologi global sangat berpengaruh dan
cepat sekali perkembangan serta perubahannya. Ada cerita tentang seorang
ibu yang tidak mengerti tentang teknologi komputer sering dibohongi
anaknya yang selalu berasyik ria dengan telepon genggam atau
komputernya, sang ibu selalu berpikir sang anak sedang belajar padahal
sedang asyik bersosialisasi online atau main game atau menjelajah video
di youtube. Ada cerita pula tentang hilangnya para gadis akibat berjumpa
dengan teman yang baru dikenal di facebook. Apakah kasus-kasus seperti
ini yang menyebabkan mapel TIK dihapuskan? Padahal kalau dicermati
pelajaran TIK itu baik dan banyak manfaatnya lho.. saya pernah melihat
berita di TV tentang anak Indonesia usia Sekolah Dasar yang menjuarai
pembuatan software komputer di Malaysia. Dia bisa membuat software
tentang mudah belajar bahasa Inggris untuk usia dini, menggunakan
animasi, banyak yang dia bisa dan bermanfaat bagi banyak orang.
Mengenai banyaknya kasus pelajar yang berperilaku negatif seperti
:malas, suka kumpul-kumpul nongkrong gak jelas bahkan terjebak narkoba
atau tindakan anarkis seperti tawuran, maka tidak hanya menjadi tanggung
jawab sekolah semata. Peran orang tua, kondisi keluarga, lingkungan,
pemuka masyarakat dan agama pun turut bertanggung jawab. Entahlah
mengapa sekarang banyak orang termasuk pelajar yang mudah tersulut
melakukan tindakan anarkis? Sebaiknya para guru,orangtua, pemuka agama
dan tokoh masyarakat hati-hati dalam mengeluarkan pendapat atau
pernyataan, jangan sampai membuat kekisruhan.
Sebaiknya setiap
sekolah mempunyai seorang psikolog yang bisa menjadi tempat curahan hati
para pelajar ataupun menjadi motivator bagi seluruh pelajar di sekolah.
Ceramah-ceramah tentang motivasi dalam hidup ini baik pula disampaikan
ke pelajar-pelajar tentunya sesuai tingkatan sekolahnya, sehingga sang
anak mempunyai cita-cita dan bersemangat tuk bisa mewujudkan
cita-citanya.
Melalui ini saya memohon kiranya pemerintah
meninjau ulang kurikulum 2013 sebelum diterapkan. Pertimbangkan
guru-guru mapel yg dihilangkan tersebut akan mengajar apa? Pertimbangkan
kembali bagaimana hasilnya nanti, apakah akan terwujud Semua Anak
Indonesia Pintar Bebas dari Kebodohan? Apakah negeri ini akan semakin
maju atau terpuruk urutannya dalam bidang pendidikan dibandingkan semua
negeri di dunia ini?.
Cukup sekian dan terimakasih tuk semua pembaca opiniku ini. Maaf tidak ada foto yaa.. menulis via telepon genggam niih.. :-P
http://edukasi.kompasiana.com/ 2012/12/22/ saya-orang-tua-murid-yang-tidak -setuju-kurikulum-2013-518868. html
Kurikulum 2013 ini rencananya akan memangkas jumlah mata pelajaran di sekolah sehingga menjadi lebih sedikit, yaitu di tingkat SD dari 10 mata pelajaran (mapel) dipangkas menjadi 6 mapel, di tingkat SMP dari 12 mapel dipangkas menjadi 10 mapel.
Sebenarnya saya masih bingung, gerangan apakah yang menyebabkan perubahan kurikulum ini?
Apakah karena banyaknya keluhan dari para orang tua siswa tentang jumlah mata pelajaran yang menurut mereka sangat banyak dipelajari anaknya sehingga membebani tas & punggungnya saat harus membawa buku-buku pelajaran tersebut ke sekolah setiap harinya?
Apakah karena keluhan akan materi pelajaran yang dianggap terlalu berat, tidak sesuai usianya?
Apakah karena melihat perilaku pelajar-pelajar sekolah yang terlihat condong malas, suka mencontek, bahkan sampai terjerumus penggunaan narkotika, tawuran atau perkelahian antar pelajar yang kadang sampai anarkis?
Mohon kiranya pemerintah memberikan pemberitahuan sejelas-jelasnya ke masyarakat sebab musabab setiap perubahan kurikulum.
saya sebagai ibu dari anak kelas 1 SD tidak setuju dengan perubahan kurikulum tersebut. menurut beberapa info yang beredar tingkat SD mapel yang ditiadakan adalah antara lain: IPA, IPS, Bahasa Inggris, Teknologi Informatika dan Komputer (TIK). Lho kok kenapa pelajaran yang juga penting di era kini malah ditiadakan?
Saya jadi teringat masa kecil saya saat masih duduk di bangku SD. Betapa saya sangat menikmati masa-masa itu, sekitar tahun ajaran 1982/1983 saya mulai kelas 1 SD. saya ingat menggunakan buku-buku mapel lungsuran/ bekas pakai kakak saya sekolah. Buku-buku tersebut saya turunkan lagi ke adik-adik saya untuk sekolah pada tahun-tahun berikutnya. Tidak seperti zaman sekarang buku-buku sering bergonta-ganti sehingga tidak bisa digunakan ke adik-adiknya pada tahun-tahun berikutnya. Saya hampir menyukai segala mapel waktu sekolah, guru Bahasa Indonesia waktu saya SD bernama Ibu Nur adalah guru yang paling berjasa menurut saya, karena beliaulah saya jadi bisa membaca. Berkat cara mengajar beliaulah saya jadi gemar membaca buku hingga kini. Kala itu buku pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah cuma buku kecil biasa saja diawali dengan kisah Keluarga Budi, hingga kini pun aku masih ingat nama-nama saudara si Budi, ada Iwan & Wati :-) Buku-buku pelajaran waktu saya SD tidak berat membebani tas dan punggung/pundak saat membawanya berangkat atau pulang sekolah, bahkan kami berangkat dan pulang dengan berjalan kaki beriringan menyanyikan lagu Sepatu Gelang, indahnya kebersamaan kala anak. :-) Anak-anak SD sekarang bukunya besar-besar dan tebal, satu mata pelajaran terdiri dari banyak buku ada buku materi, buku lembar Kegiatan siswa, buku tulisnya juga, minimal 1 pelajaran membawa 3 buku. Bila 1 hari ada 5 mata pelajaran bisakah dibayangkan berapa buku yang harus dibawanya dalam tas, belum lagi bila sang anak harus membawa pakaian olahraga, bekal makanan dan minuman, atau bahkan keperluan untuk kegiatan ekstra kurikuler yang biasanya berlangsung sesudah jam sekolah usai. Saya pun sebagai ibu mengeluhkan tentang hal ini, anak saya kalau pergi sekolah membawa tas seperti orang pulang kampung, tas koperbisa ditarik karena ada rodanya.Anak saya tak bisa membawa tasnya dengan cara digantung di pundak/ punggung, karena berat. Tapi permasalahannya bukan pada jumlah mata pelajarannya yang banyak, menurut saya permasalahan terletak pada buku yang tebal. Cobalah diamati buku-buku tersebut, tulisannya besar-besar, gambar-gambar juga besar.Sebenarnya bisa diringkas lagi dan lebih kreatif lagi, tulisan tak perlu besar-besar, gambar tak perlu besar-besar, buku dibuat menarik sehingga anak berminat membaca & mempelajarinya. Bila buku menjadi ukuran normal niscaya memperingan bawaan anak saat sekolah.
Tentang pelajaran IPA yang dilebur ke dalam pelajaran bahasa Indonesia saya juga tidak setuju, sangatlah beda pelajaran tentang berbahasa yang sebenarnya adalah belajar cara berkomunikasi dengan pelajaran IPA yang ilmiah, yang ada nanti malah membuat kerumitan, karena segala pelajaran adalah mudah dipelajari bila pemahaman dasarnya sudah dicapai. Pasti berbeda pemahaman dasar tentang bahasa yang meliputi banyak unsur yang harus dipelajari, misalnya tentang, penggunaan kalimat, subjek, predikat, objek, kata sifat, kata benda, majas, pantun, puisi, belajar mengarang, dan lain-lain.Pemahaman dasar di pelajaran IPA meliputi, alam, tumbuhan, manusia, sifat-sifat ilmiahnya, proses ilmiahnya. Apakah penggabungan 2 mapel ini karena para perumus kurikulum 2013 pun menganggap Bahasa Indonesia dan IPA adalah mudah dipelajari?
Duh, jangan mentang-mentang anak Indonesia lumayan banyak yang berprestasi di olympiade sains tingkat internasional, maka menganggap IPA pelajaran gampang. Mereka itu tuh cuma sedikit jumlahnya dibandingkan anak-anak yang kurang paham sains. :-(
Tentang mapel Bahasa Inggris yang juga akan dihapuskan atau keputusan ditentukan ke pihak sekolah akan tetap diajarkan atau tidaknya. Kenapa harus begitu sih? Waktu saya SD memang tidak ada pelajaran Bahasa Inggris, mulai diajarkan saat mulai jenjang SMP. Betapa sulitnya saya dan teman-teman mempelajarinya, maklum bahasa asing, banyak pula yang tidak menyukai mapel bahasa Inggris, bahkan biasanya kalau mapelnya gak disukai maka otomatis sang murid tidak terlalu suka guru mapel tersebut. Alhasil hingga kini tidak bisa berbahasa Inggris. Sangatlah berbeda dengan anak-anak zaman sekarang, saya sering menjumpai anak-anak kampung sudah berani dan percaya diri berkomunikasi pakai bahasa Inggris ke bule, keren kan? Ini pasti gurunya bagus dalam mengajarkan bahasa Inggris. Pasti ada benarnya pendapat tentang usia dini adalah usia yang baik untuk anak belajar banyak bahasa. Tambah dewasa pasti anak itu tambah pintar lagi. Tapi bagaimana bila pelajaran bahasa Inggris dihapuskan? pastilah generasinya akan seperti generasi zaman saya, tidak banyak yg berminat atau pandai dalam berbahasa Inggris.
Tentang mapel Teknologi Informatika dan Komputer (TIK) amatlah baik diajarkan di tingkat SD. Era kini era digital, era informasi & tehnologi global sangat berpengaruh dan cepat sekali perkembangan serta perubahannya. Ada cerita tentang seorang ibu yang tidak mengerti tentang teknologi komputer sering dibohongi anaknya yang selalu berasyik ria dengan telepon genggam atau komputernya, sang ibu selalu berpikir sang anak sedang belajar padahal sedang asyik bersosialisasi online atau main game atau menjelajah video di youtube. Ada cerita pula tentang hilangnya para gadis akibat berjumpa dengan teman yang baru dikenal di facebook. Apakah kasus-kasus seperti ini yang menyebabkan mapel TIK dihapuskan? Padahal kalau dicermati pelajaran TIK itu baik dan banyak manfaatnya lho.. saya pernah melihat berita di TV tentang anak Indonesia usia Sekolah Dasar yang menjuarai pembuatan software komputer di Malaysia. Dia bisa membuat software tentang mudah belajar bahasa Inggris untuk usia dini, menggunakan animasi, banyak yang dia bisa dan bermanfaat bagi banyak orang.
Mengenai banyaknya kasus pelajar yang berperilaku negatif seperti :malas, suka kumpul-kumpul nongkrong gak jelas bahkan terjebak narkoba atau tindakan anarkis seperti tawuran, maka tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah semata. Peran orang tua, kondisi keluarga, lingkungan, pemuka masyarakat dan agama pun turut bertanggung jawab. Entahlah mengapa sekarang banyak orang termasuk pelajar yang mudah tersulut melakukan tindakan anarkis? Sebaiknya para guru,orangtua, pemuka agama dan tokoh masyarakat hati-hati dalam mengeluarkan pendapat atau pernyataan, jangan sampai membuat kekisruhan.
Sebaiknya setiap sekolah mempunyai seorang psikolog yang bisa menjadi tempat curahan hati para pelajar ataupun menjadi motivator bagi seluruh pelajar di sekolah. Ceramah-ceramah tentang motivasi dalam hidup ini baik pula disampaikan ke pelajar-pelajar tentunya sesuai tingkatan sekolahnya, sehingga sang anak mempunyai cita-cita dan bersemangat tuk bisa mewujudkan cita-citanya.
Melalui ini saya memohon kiranya pemerintah meninjau ulang kurikulum 2013 sebelum diterapkan. Pertimbangkan guru-guru mapel yg dihilangkan tersebut akan mengajar apa? Pertimbangkan kembali bagaimana hasilnya nanti, apakah akan terwujud Semua Anak Indonesia Pintar Bebas dari Kebodohan? Apakah negeri ini akan semakin maju atau terpuruk urutannya dalam bidang pendidikan dibandingkan semua negeri di dunia ini?.
Cukup sekian dan terimakasih tuk semua pembaca opiniku ini. Maaf tidak ada foto yaa.. menulis via telepon genggam niih.. :-P
http://edukasi.kompasiana.com/
- Imperata Sillindrika menyukai ini.
- Kang Redian Aq terharu mmbacany..bgt jg mnurut opini pribadi jk mmng pnghapusan mata pelajarn itu bnr2 trjdi dikurikulum 2013..gejolak mgk akn trjdi di masyrakat..aplg pemerintah terkesan kurang trbuka alasan prgantian kurikulum..kl dipikir2 pendidikan di indonesi...Lihat Selengkapnya
- Kang Redian Hehe..msuk jg pk..aplg dlm pljaran anti korupsi dijlaskan bhwa jk trbukti korupsi bkal dihukum seumur hdp tnp remisi/banding..ato mgk jg hukuman mati..tdk spt skg..org yg trbukti korupsi hukumannya lbh ringan dr org pncuri ayam...ckck..parah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar